Rabu, 26 November 2014

Foto Peserta lomba Jarribbukuku

Foto Peserta lomba Jarribbukuku

Ini adalah foto peserta lomba jarribbukuku 

Hadih Jarrib - Coba

Mas Lihin

Erkis


Erkis

Nurul Fadiah

Novianti

Witri Nur Hasanah

Desi E

Lihin


Lihin
Lihin

Senin, 15 September 2014

Kisah Dahsyat Kekuatan Mencoba #Jarrib

Kisah Dahsyat Kekuatan Mencoba #Jarrib


Kanata Aku selalu merasa bahwa tidak akan pernah ada kesempatan untukku menang dalam hal apapun, tapi ketika mas Prian Alfan mengajakku untuk Coba mengikuti kuis Jarrib! Cobalah... maka aku pun mencoba, siapa tau saja aku menang. iyakan!!! jadi, ketika mendengar kata Coba, aku selalu berfikir bahwa itu adalah suatu kalimat motivasi untuk diri sendiri ataupun orang lain untuk melakukan sesuatu yang dirasa sulit untuk melakukannya. (Siskahotrinatasimamora@gmail.com)


Era Drizzle Ketika saya memutuskan untuk mengajar di Thailand, ada banyak hal yang membuat saya terus mencoba meraih keberhasilan. Meskipun beberapa kali diberi ujian mulai dari abah yang tiada sebelum terbalas rasa rindunya. Kemudian hilangnya skripsi yang sedianya akan diujikan segera sesampai di Indonesia. Belum lagi para pelajar Thailand yang lebih banyak malas belajar karena tidak paham logat bahasa Indonesia. Saya pun menyediakan waktu untuk merenung, "setelah semua ini, selanjutnya apa?". Renungan kata itu memberikan jawaban, "Cobalah mencari metode mengajar yang menyenangkan untuk pelajar di daerah konflik. Cobalah untuk membuat skripsi yang baru, mungkin bisa lebih baik dari skripsi yang hilang. Cobalah menjadi putri sukses untuk mewujudkan keinginan abah meskipun ia tidak sempat melihatnya, setidaknya doa yang dipanjatkan setiap malam terlihat hasilnya." selanjutnya....hingga hari ini aku masih mencoba "mengukir bintang" dari dan di negeri thailand ini....(ra_niareidana@yahoo.com)


Husna Habibah El-Aziz Aku bukanlah penulis yang mampu merangkai kata menjadi sebuah cerita. Sahabatku memintaku untuk mengikuti lomba menulis cerpen yang diadakan pesantren dalam rangka PHBI, namun aku sangat enggan dengan kepesimisanku waktu itu. "Untuk apa aku mencoba jika pada akhirnya aku tetap kalah dan mereka yang sudah sering mengikuti event seperti ini tetap menjadi pemenang?" fikirku. Tiba-tiba saja hati kecilku memberontak, mengingatkanku pada mantra-mantra mahfudzot yang kupelajari diawal memasuki pesantren."Jarrib wa lahidz takun 'aarifan", cobalah dan perhatikan! Niscahya engkau kan tahu. Akhirnya kucoba walau dengan modal kata-kata sederhana. Aku hanya bisa berikhtiar, berdo'a, dan bertawakkal kepada-Nya. Dengan kuasa-Nya, alhamdulillah aku diberi kesempatan menjadi yang terbaik, walau awalnya sangat tak disangka-sangka. Meski pengalaman ini sangat sederhana, tapi mampu mengukir kenangan indah dalam perjalananku.|Azurahabibah@gmail.Com

NoorSalim Hassan Aku dulu paling phobia dengan yang namanya ngajar. Maklum saja karena aku tidak pintar ngomong. Kalau ngomong pun kadang masih gagap, meski sama teman yang sudah dekat. Tapi seiring berjalannya waktu, lapangan pekerjaan yang cocok denganku adalah di bidang pendidikan, karena jika ilmu yang sudah kutimba tidak diajarkan, lama-lama nanti akan hilang dan tidak berkembang. Maka aku harus menularkannya, terlebih sekarang ini banyak remaja yang jauh dari nilai-nilai agama. Aku pun mendapat semangat dari seorang kawan. Dia berwejang bahwa ketrampilan berbicara itu bisa dilatih dan diasah. Yang penting adalah mencoba, mencoba, dan terus mencoba. Lama-lama akan terbiasa. Begitu petuahnya. Hingga akhirnya kupraktekkan dan ternyata petuahnya itu memang benar. Kini aku tidak takut lagi dengan yang namanya mengajar.
Aku sekarang yakin bahwa segala sesuatu yang dicoba dan dicoba terus, lama-lama akan biasa. #Jarrib Ta'rif! Cobalah, maka kamu akan tahu!
| sr.mursalim@gmail.com


Totie Tak ada salahnya kita mencoba sesuatu yang belum pernah kita lakukan. Ada yang bilang, kalau ingin sukses cobalah keluar dari zona amanmu. Jadi kita tak perlu takut mencoba. Entah apa yang Akan kita dapatkan nantinya yang penting kita sudah mencoba. Sebagai contoh kalau kita sedang jatuh cinta pada seseorang . Kita harus mencoba mengungkapkan perasaan kita padanya. Jika tak mencoba bagAimana kita tahu perasaannya pada kita

Ainun Jariyah Kekuatan mencoba memang begitu dahsyat. Pengalaman saya dulu saat menghadapi presentasi tentang materi produk halal yang ditemani akhwat dalam acara komunitas di kampus. Awalnya saya kurang berani presentasi di depan umum, apalagi dengan orang-orang yang belum saya kenal. Tapi dengan motivasi akhwat yang menemani saya, saya akhirnya termotivasi untuk berani mencoba berbicara di depan umum. Awalnya memang grogi saat sudah berada di depan peserta, tapi setelah menjalani akhirnya saya yakin bahwa saya pasti bisa. Saya juga sangat berterima kasih kepada akhwat seperjuangan, dia mengajarkan saya arti percaya diri, tidak takut mencoba, dan semangat yang tinggi. Mencoba, mencoba, dan terus mencoba. In sya Allah dengan kekuatan mencoba itu bisa menjadi modal keberhasilan kita. “Jarrib wa lahizh! Takun naajihan.” “Cobalah dan perhatikanlah! Kau akan sukses.” | ainun93@gmail.com


Muhammad Amirudin “Meretas RidhoNya”
By. Muhrodin “AM”*
~**~
Mungkin Tuhan takkan memberikan nikmat yang bernama khataman, bila waktu itu aku enggan untuk mencobanya; namun Tuhan memang begitu baik, hingga dengan segala kelemahan dan kealpaanku, Ia selalu mengerti dan memahami tentang apa yang menjadi harap dan mimpi-mimpi para hambaNya.

Yaa robbana dzholamna angfusana wa illam taghfirlana watarhamna lanakuu nanna minal khosirin...

Usai sudah latihan khataman al-Qur’an binnadzri dan Juz ‘amma bilkhifdzi. Sudah H-7 Haul KH. Badawi Chanafi dan Ultah Pon-pes Al-ihya ‘Ulumaddin, namun al-Qur’anku belum juga khatam. Jujur, aku tidak tahu harus mulai dari mana? Aku sudah berhenti sejak setahun lalu ketika aku KKN, dan baru kali ini keinginan itu kembali menggebu; aku ingin ikut khataman.
Bukan tanpa alasan aku belum mulai setoran al-Qur’an (lagi), kawan, selain karena belum hafal juz 30, juga karena tak ada sedikit keberanian untuk sowan kepada ustadz yang menjadi guru setoranku. Dan kini, lagi-lagi aku alpa.
“Jangan sampai ketika malam khataman, kalian belum khatam al-Qur’annya, karena itu sama saja kalian membohongi ribuan jama’ah yang hadir di acara Haul Masyayikh nanti.”
Kata-kata ustadz Faishal selaku pengampu khataman al-Qur’an kami masih terngiang jelas di telingaku. Aku takut jika hal itu akan terjadi pada diriku, meski tak kudustakan setiap nikmat yang telah Tuhan berikan; jujur, ini adalah rencana khatamanku yang ke empat kalinya. Karena kecintaanku terhadap al-Qur’anlah, aku ingin ikut khataman (lagi), lagi, dan lagi.

Dan alhamdulillah, atas kuasaNya, pada hari ke dua sebelum acara Haul berlangsung, aku bisa mengkhatamkan al-Qur’anku. Sungguh, bahagia itu menguasai segenap hati dan jiwaku. Meski saat itu aku menjadi koordinator kesehatan di panitia Haul dan Ultah pesantren, yang satu minggu sebelum acara berlangsung sudah harus menyiapkan banyak hal, Juga harus wawancara dan sowan-sowan ke sana ke mari untuk mengumpulkan data dan naskah Majalah yang diagendakan terbit untuk edisi Haul, namun aku tak melalaikan kewajiban dan tanggung jawabku sebagai seorang santri yang ingin mengikuti khataman; bersungguh-sungguh dan terus bersabar untuk mencapai kesuksesan. Jarrib! Dan kini, kutemukan dari kukuatan mencoba.
Malam di mana menjadi malam istimewa bagi santri-santri yang ikut khataman, aku merasakan sisi kedamaian dan kebagaiaan yang selama ini kudambakan.
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Akhirnya, aku harus banyak-banyak bersyukur karena bisa mencoba sesuatu yang memang seharusnya aku lakukan, menanam kebaikan dan meretas keridhoan Tuhan lewat ayat-ayat keagungan.

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Muhrodin.am@gmail.com



Dharma Guna Aku mencoba walau itu sulit kurasa.
Aku terus mencoba walau aku mengorbankan dunia dan seisinya.
Aku terus mencoba walau aku merasa tidak mampu menggapai mimpiku.
Aku terus mencoba walau berbagai rintangan menerjangku.
Aku terus mencoba, terus mencoba, dan terus mencoba.
Karena aku yakin Allah bersamaku, Dia selalu menolongku dalam susah den sedih.
Aku percaya karena do`a yang aku panjatkan kepada Tuhanku akan di kabulkan oleh-Nya.
Aku yakin karena Robbku terlah berfirman dalam kalam-Nya (Al-Quran) bahwa ia pasti mengabulkan do'a orang yang meminta kepada-Nya.

sakurasou.q@gmail.com


Adinda Dewi Nama saya Adinda Dewi Martiani, berasal dari Kota Bandung yang terkenal dengan Gedung Satenya. Saya mulai memakai hijab pada tahun 2009 yaitu beberapa waktu menjelang sidang kelulusan SMP saya.
Sebetulnya saya sudah lama ingin memakai hijab, apalagi sudah banyak pengajian yang menyatakan kewajiban muslimah untuk menutup auratnya. Tapi, semangat saya masih naik turun dan masih menunda-nunda. Alasan saya antara lain “Mau hijabi dulu hatinya”, “Nanti susah cari kerja”, “Takut bosan, dan tidak bisa main sama teman dengan bebas” atau “Sayang baju lengan pendek masih banyak dan bagus tidak bisa dipakai lagi”.
Sampai suatu hari saya sedang jalan-jalan ke pasar bersama Ibu saya, dan dibelikan 5 hijab sesuai warna dan model kesukaan saya. Sesampai di rumah, saya sudah tidak sabar lagi untuk mencoba memakai hijab baru saya. Alhamdulliah keesokan harinya saya sudah memakai hijab pada saat saya berangkat ke kampus. Mungkin berbeda dengan beberapa ukhti kebanyakan yang memakai hijab setelah mendapat hidayah dari ceramah, buku, atau setelah sholat tahajud dan istikharoh.
Jujur saya akui, pertama kali saya memakai hijab karena antusias sesudah dibelikan hijab baru. Alhamdullilah setelah saya memakai hijab, timbul keinginan saya untuk lebih mendalami agama, saya menjadi tersugesti untuk bertutur kata lebih santun, lebih khusyuk dalam beribadah, dan menjaga diri dari perbuatan yang kurang bermanfaat, seperti jalan ke mall, atau nongkrong di cafe. Setelah saya memakai hijab, silaturahmi saya dengan teman juga tidak bermasalah, tetap akrab tanpa dibedakan dengan tetap menghormati saya yang sudah memakai hijab.
Seiring berjalanya waktu, saya mendapatkan cobaan untuk menguji kadar istiqomah saya memakai hijab. Setelah saya lulus SMP, saya mulai mendaftar ke SMAN 2 Tasikmalaya, dimana salah satu syarat pendaftaran adalah dengan melampirkan foto diri. Foto yang saya lampirkan pada surat lamaran pekerjaan adalah foto saya yang berhijab, tetapi ada beberapa lamaran pada saat saya belum memiliki foto berhijab sehingga masih memakai foto biasa. Dengan Nilai UN yang saya miliki, saya yakin akan mampu bersaing dengan siswa yang lain. Beberapa sekolah sudah memanggil saya untuk tes dan juga interview, dan banyak diantara tes tertulis yang saya jalani berhasil saya lewati. Akhirnya saya keterima menjadi siswa baru di SMAN 2 TASIKMALAYA.
EMAIL: rudinurdin@gmail.com


Koko Komarudin Dulu ketika saya kelas 3 sampe kelas 5 SD, sering sekali diajak sama paman saya naik bus ke Bandung. Paling tidak sebulan sekali. Maklum, paman saya adalah seorang supir bus Budiman trayeknya Pangandaran-Bandung. Dulu mah belum ada jalan tol Cileunyi. Terus terminalnya juga masih di Ciamis So, jauh banget kan? Bisa seharian di bis untuk perjalanan PP. Berangkat abis subuh, pulang lagi ke rumah menjelang isya. Lelah banget. Tapi, kelelahan saya itu terbayar dengan banyaknya pengalaman merasakan jauhnya perjalanan dan apa saja yang bisa dilihat di jalan. Lalu yang paling seneng dan membahagiakan adalah ketika menceritakan pengalaman tersebut ke teman-teman saya. Mereka sih terbengong-bengong aja sambil berusaha ngebayangin tentang bandung yang saya ceritakan.
Oya, sejak kecil saya termasuk senang ‘bertualang’ dengan hal baru. Selain pengalaman pergi ke kota dengan ayah naik bis, pengalaman belajar naik sepeda, saya juga sama ibu saya diajarkan untuk berjualan. Nah, saya waktu SD kelas 3 sampe kelas 6 setiap bulan Ramadhan pasti dikasih modal sama ibu saya untuk jualan. Jualannya juga keren. Mungkin kalo dulu saya udah kenal Adnan Kasoghi–pedagang senjata saat perang Iran-Irak itu—boleh juga masok barang dari dia. Ciee.. maklum waktu itu ibu saya modalin saya untuk berjualan petasan! Hehehe…
Sebulan penuh saya jualan petasan. Saya udah belajar prihatin sejak SD. Itu semua jadi pengalaman saya. Banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan. Mulai bagaimana mencari tempat belanja dan barang yang murah, jenis petasan yang sedang jadi tren, sampe gimana masarin petasan itu agar lebih laku dijualnya. Belanjanya bareng ibu saya. Seminggu dua kali ke pasar. Jualan tiap hari mulai jam 4 sore. Sekalianngabuburit. Waktunya buka puasa sampe shalat tarawih dan ikut tadarusan di masjid saya nggak jualan. Setelah itu sampe sekitar jam 10-an malam dilanjutkan lagi jualannya. Wah, seru deh. Saya yang jualin petasan, teman-temen saya yang ngebakarnya. Saya dapet duitnya. Temen-temen yang ‘ngasih’ duit ke saya. Dikumpulin tuh duit sampe lebaran. Jadi, ketika temen-temen dibelikan pakaian baru sama ortunya, saya malah bisa membeli pakaian sendiri selain yang dikasih dari ortu, plus bisa jajan di hari lebaran dan masih bisa nabung. Seneng banget deh. Ini kok jadi nostalgia ya? Halah!
Kebiasaan saya jualan kebawa juga sampe di SMA. Saya kebetulan sekolah di SMAN 3 Ciamis, tapi karena padat dan harus konsentrasi belajar, saya baru bisa jualan mulai kelas 4, berarti tahun terakhir sekolah di sana. Waktu itu memang terdesak juga dengan kebutuhan hidup karena uang kiriman dari ortu di kampung sering telat dan kalo pun udah keterima, eh nggak nyampe hitungan sebulan uang tersebut udah habis. Bukan karena boros, tapi karena SPP di sekolah tersebut menurut saya cukup mahal dan biaya hidup sebagai anak kos termasuk gede, lho. Apalagi jumlah uang yang dikirim juga ngepas banget. Maka, saya jualan nata de coco deh demi nambah-nambah uang saku. Barangnya saya ambil dari guru ngaji saya yang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Bogor yang juga wirausahawan. Duh, seru deh pokoknya. Itu yang harus saya lakukan jika tak ingin bokek di kota yang jauh dari ortu saya. Ya, saya menyadari karena saya anak pertama dan adik saya ada 5 orang yang juga masih sekolah. Jadi, saya yang harus berjuang lebih keras dibanding adik-adik.
BTW, ini sekadar berbagi aja ya. Bahwa pengalaman yang kita alami akan menjadi modal berharga bagi kehidupan kita di kemudian hari. Sampai sekarang pun, saya masih selalu mencoba dan ingin mendapatkan pengalaman baru. Maka, selain menjadi penulis, saya juga jualan buku saya dan pernah juga buku orang lain. Seru juga sih. Sebab, dengan menjalani aktivitas ini, saya jadi bisa dapetin pengalaman gimana berhubungan dengan pembaca atau konsumen lainnya. Saya bisa mengeksplorasi keinginan pasar, selain tentunya jadi banyak kenalan dan relasi dalam bisnis. Namun ketika saya terjun ke dunia pendidikan, menjadi pengajar di salah satu pusdiklat dan juga pesantren akhirnya urusan jualan saya delegasikan ke adik saya, baik secara offline maupun online.
Jadi, jangan pernah ragu untuk mencoba hal baru (tentunya yang bermanfaat dan sesuai syariat ya). Baik dalam kondisi “normal” alias nggak ada masalah lain yang mengharuskan terjun ke situ, maupun karena terpaksa mencoba hal baru itu dengan alasan terdesak kebutuhan hidup. Insya Allah pengalaman yang akan didapat menjadi sangat berharga. Dalam kondisi seperti ini, kita nggak bisa terus ngandelin ijazah atau gengsi karena menekuni pekerjaan yang bertolak belakang dengan keahlian bidang akademik yang diajarkan di sekolah atau perguruan tinggi tempat kita belajar.
Pengalaman memang guru yang terbaik. Sensasinya akan memberikan tambahan wawasan, tambahan informasi, dan tambahan inspirasi dalam menjalani kehidupan kita. Tak perlu ragu atau bimbang. Yakin sajalah. Karena tak ada yang sia-sia dengan pengalaman yang kita jalani jika kita mau mengambil hikmahnya, mengambil pelajarannya dan menjadikan sebagai evaluasi untuk kemajuan kita di masa yang akan datang. Jangan diam, ayo bergerak. Lakukan apa yang memang bisa kita lakukan. Kerjakan dengan ikhlas, kerjakan dengan keras, efektif dan efisisenkan dengan cerdas, lakukan hingga tuntas dan tak kenal lelah. Juga, resapi setiap jengkal pengalaman hidup sebagai sesuatu yang sangat luar biasa yang akan mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik dan meraih ridha Allah Swt. Percayalah!
Kokocalem@gmail.com


Mochamad Salim M N awalnya saya ga suka yang namanya pelajaran bahasa inggris, semenjak saya ikutan les bahasa inggris di salah satu bimbel akhirnya sedikit-sedikit saya mencoba memahami tentang bahasa inggris mulia dr kosakata, jenis-jenis kalimat dan struktur kata. dengan perjuangan terus mencoba, berlatih berbahasa inggris di SMA saya memenangkan lomba debat bahasa inggris tingkat nasional sejak itulah saya menyukai bahasa inggris dan sampai sekarang kuliah di sastra inggris dengan IPK lbh dr 3,50
nchilestari@yahoo.com



Pemesanan buku #Jarrib
SMS 087826263364


Senin, 11 Agustus 2014

Jarrib! Dahsyatkan Diri dengan Kekuatan Mencoba

Jarrib! Dahsyatkan Diri dengan Kekuatan Mencoba


Assalamualaikum wr wb
Maaf admin, izin promo..
Terbit, buku “Jarrib! Dahsyatkan Diri dengan Kekuatan Mencoba” karya Prian Alfan
Ikuti kuisnya yang berhadiah total senilai ratusan ribu rupiah dihttps://www.facebook.com/PrianAlfan?fref=ts
“Jarrib wa lahizh! Takun aarifan.”
“Cobalah dan perhatikanlah! Kau akan tahu.”
(Arabic Qoutes)
Buku berisikan kompilasi tulisan dengan ragam topik dengan sebuah benang merah berupa motivasi diri "self motivation". Dibahas secara apik dengan dibumbuhi kisah-kisah inspiratif.
Pada tahap pertama, Zona 1, mengurai pentingnya diri memiliki keberanian mencoba demi mencapai kesuksesan. Hal-hal besar diawali dari proses mencoba. Penemuan-penemuan hebat jua dimulai karena adanya percobaan.
Sedang pada Zona 2 dijelaskan urgensi impian dan tahapan perencanaannya demi mewujudkannya secara nyata. Zona berikutnya menyoroti dorongan diri menjadi pribadi yang penuh gairah (passion).
Zona 4, penulis mengajak pembaca memaknai ulang tentang banyak hal. Tentang sesuatu yang terlihat remeh-temeh nan sederhana padahal sejatinya menyimpan banyak makna.
Pada Zona 5, ditampilkan kisah-kisah keseharian yang memberikan inspirasi. Dipadu Zona 6 yang mencermati kisah-kisah klasik nan berlimpah hikmah. Buku ini ditutup dengan sajian Zona 7, renungan-renungan, nasihat, dan pembahasan dari sisi religius.
Diulas dengan bahasa yang sederhana tulisan dalam buku itu semoga bisa membawa makna baru. Pada dasarnya buku ini mengajak diri untuk menjadi pribadi nan berprestasi. Menggali segenap potensi demi meraih kesuksesan hidup. Jarrib! Dahsyatkan diri dengan keberanian mencoba!
“Jarrib wa lahizh! Takun naajihan.”
“Cobalah dan perhatikanlah! Kau akan sukses.”
Detail
Judul : Jarrib! Dahsyatkan Diri dengan Kekuatan Mencoba
ISBN/EAN : 9786020245935 / 9786020245935
Pengarang : Prian Alfan
Penerbit : Quanta (ELEX MEDIA)
Terbit :13 Agustus 2014
Pages : 264
Berat : 250 gram
Dimensi(mm):140 x 210
Tags : berprestasi, buku islami, makna, meriah kesuksesan hidup, motivasi islami
Kategori Agama Islam
Harga : Rp 59,800,
*Prian Alfan adalah nama pena dari Prito Windiarto. Selain ‪#‎Jarrib‬, ia juga menulis novel "Tiga Matahari" dan menjadi kontributor belasan antologi. Bergiat di KPS (Komunitas Pena Santri)
Blog : www.pritowindiarto.blogspot.com | Twitter : @pritowindiarto

Selasa, 08 Juli 2014

Jarrib! Dahsyatkan Diri dengan Kekuatan Mencoba

Jarrib! Dahsyatkan Diri dengan Kekuatan Mencoba




Buku “Jarrib! Dahsyatkan Diri dengan Kekuatan Mencoba” ini berbentuk self motivation. Zona 1, mengurai pentingnya diri memiliki keberanian mencoba demi mencapai kesuksesan. Hal-hal besar diawali dari proses mencoba. Penemuan-penemuan hebat jua dimulai karena adanya percobaan.

Buku ini juga merupakan kompilasi tulisan dengan ragam topik dengan sebuah benang merah berupa motivasi diri. Pada Zona 2 dijelaskan urgensi memiliki impian dan tahapan demi wujudkan. Zona berikutnya menyoroti dorongan diri menjadi pribadi yang penuh gairah (passion).

Zona 4, penulis mengajak pembaca memaknai ulang banyak hal. Tentang sesuatu yang terlihat remeh temeh nan sederhana padahal sejatinya menyimpan banyak makna. Pada Zona 5, ditampilkan kisah-kisah keseharian yang memberikan inspirasi. Dipadu Zona 6 yang mencermati kisah-kisah klasik nan berlimpah hikmah. Buku ini ditutup dengan sajian Zona 7, renungan-renungan, nasihat, dan pembahasan dari sisi reliji.

Diulas dengan bahasa yang sederhana tulisan dalam buku itu semoga bisa membawa makna baru. Keseluruhan buku ini, mengajak diri untuk menjadi pribadi nan berprestasi. Menggali segenap potensi demi meraih kesuksesan hidup.  Jarrib! Dahsyatkan diri dengan keberanian mencoba!

Jumat, 04 Januari 2013

TiMa Zone Production

Bismillahirrahmanirrahim.
Hari ini, 05 Januari 2013. Awal langkah. Inilah TiMa Zone. Sebuah event organizer khusus kepenulisan. Yang ingin mengundang kami dalam pelatihan kepenulisan, sharing menulis, dll. SIlakan hubungi 085223929033